Minggu, 25 November 2012

Great 18! (Classmates’ Scenario)


Well, kemarin, 17 November, tepat 18 tahun saya ikut ngabisin oksigen di muka bumi ini. Nggak nyangka ya, saya sudah termasuk orang-orang yang ‘tua’ di antara teman-teman seangkatan saya. Ulang tanggal dan bulan di tahun ini ---- super impressive!

I’m so thankful…!
Ini serius, saya nggak nyangka dapet kejutan dari anak-anak kelas. Thank you SELATAN (read : sebutan untuk kelas saya). Ternyata, kemarin itu--- penuh dengan scenario. Jadi, begini ceritanya…

Pagi hari, matahari bersinar tanpa malu-malu. Udara pagi hari membuat saya bangkit dari kasur dan... ah, kelamaan kalau mulainya dari sini. Yang jelas, hari Sabtu kemarin itu sama saja dengan hari-hari Sabtu lainnya. Saya berangkat ke sekolah dan turut berpartisipasi dalam setiap pelajaran baik yang asyik maupun yang... ehm, nggak usah diperjelas mungkin ya.

Sepulang sekolah, seperti biasanya, July ( salah satu teman sekelas saya yang sangat baik hatinya) menawarkan saya untuk pulang bareng dia. But, something happen! Salah satu barang Juli (formulir Universitas) hilang dan saya turut mengitari kelas membantu Juli yang kebingungan. Anehnya, anak-anak kelas yang biasanya sepulang sekolah masih betah di kelas, nggak kelihatan --- entah ke mana.

Beberapa waktu kemudian...
Formulirnya Juli ketemu ’ndlesep’ di buku gambar. Oh God! Finally, kami keluar kelas dan berjala menuju parkiran. Setelah melewati koridor sekolah dan hampir mencapai parkiran, hap! Datanglah pasukan pemberani pembawa tali yang tiba-tiba mengerubung saya dan Juli. Mereka memegangi tangan saya, menali saya dengan tali yang saya rasa itu adalah tali pramuka yang mereka ambil dari sanggar pramuka, mungkin. Ternyata, Juli satu komplotan dengan mereka (yaiyalah). Saya sampai nggak sempat ngelihat siapa saja anggota pasukan anarkis itu karena saya sibuk sendiri berusaha melepaskan diri. Tapi tetep aja ya, mereka yang menang. -___-

Saya yang udah dikepung dan ditali ini ditarik-tarik persis buronan! Di bawa kemana saya? Hmmm.... ke belakang kelas saya yang disana (semacam taman sekolah mungkin ya) terdapat beberapa pohon dan --- apesnya, saya dicencang (read : ditali/ diikat dalam bahasa Jawa) pada sebuah pohon. Saya pun dibakar! (ya enggak lah ya)

Penderitaan saya nggak berhenti sampai di situ saja. Anak-anak kelas di depan saya ada yang ketawa-ketawa, ada yang ngelihat doang, yang jelas--- nggak ada yang bantuin saya untuk meloloskan diri. Beban mentalnya adalah---- waktu itu kan jam pulang sekolah, otomatis anak-anak sekolah saya juga pada pulang kan ya, nah! Banyaklah orang berlalu-lalang di sekitar saya dan saya bagaikan tersangka pelanggaran HAM berat yang sedang dihukum massa yang mengamuk membabi buta.

Nggak lama, datanglah pasukan kedua pembawa tepung yang dengan lancarnya menyiramkan tepung-tepung itu. Yang paling parah itu--- yang nyiram tepung dari depan. Entah siapa---saya nggak sempet merhatiin--- yang jelas itu tepung nyasar ke mata, hidung dan mulut. Bikin mata pedes, hidung gatel-gatel gimana gitu ya... dan pengen ngeludah soalnya tepung salah masuk ke mulut.

Secara tidak diduga-duga, dari belakang ada sesuatu pecah di punggung saya dan terasa dingin. Nyampe juga itu lembek-lembek kuning yang disebut telur ke tangan saya. Nah, kecampur deh tuh telur sama tepung. Baunya--- emm, kalo tahu adonan mendoan--- nah itu, persis! Masih, anak-anak terlihat puas memandang saya.

Setelah itu, datang lah pasukan ketiga. Ya Allah apa lagi ini?? Bukan kok, bukan pasukan anarkis. Mereka adalah pembawa kue ulang tahun dengan lilin-lilin di atasnya. Aaaa....terharu. I blew the candle, and we enjoy the cake. Tapi tetep, dalam keadaan terikat sama pohon. Tega nih pada!

Pas itu roti udah hampir habis, dua orang temen saya bantuin ngelepasin tali dan menghasut saya untuk ’ngasih kena’ cream-cream rotinya tadi ke temen-temen cewek yang udah terlihat menjaga jarak dengan saya yang belepotan. Apes! Cuma satu-dua yang kena. Itu pun nggak parah. Batal deh pembalasan dendamnya.

Lama-lama, anak-anak mulai nggak kelihatan. Nah, saya semakin mirip orang gila kan kalo gini. Juli yang bertanggung jawab atas kepulangan saya juga turut menghilang. Wah, parah. Tapi akhirnya ketemu juga di deket kamar mandi. Sekalian, saya mencoba membersihkan wajah dan baju saya. Tapi tetep ya, it doesn’t work. Akhirnya, kenampakan saya cukup bisa diperbaiki dengan tissue pemberian Puput.

Di deket kelas, saya sempet membersihkan diri lagi dengan air kran. Tapi ya, gitu --- nggak terlalu ngaruh. Akhirnya saya dianter pulang sama Juli yang mau menanggung beban mental (read: malu) karena musti boncengin orang belepotan adonan mendonan dengan aroma yang.... emm, jangan ditanya lah ya.

Saya pun sampai di rumah dengan selamat. Tapi---perjuangn rupanya belum berakhir. Ini justru perjuangan yang paling berat. Yep! Nyuci baju! Gila ya, seragam yang saya pakai sampai saya rendem 5 kali + rendem pakai air hangat 1 kali + rendam dengan pewangi beberapa jam. Hasilnya? Tuh masih nangkring di jemuran. Entah, nanti bau amisnya bakalan ilang atau nggak....

Well, despite your brutalism, I love the surprise, and --- I love you guys mumumuaah :*
Makasih ya anak-anak SELATAN semuanya dari absen 1 sampai 31. You guys really made my day ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar