Well, kemarin, 17 November, tepat
18 tahun saya ikut ngabisin oksigen di muka bumi ini. Nggak nyangka ya, saya
sudah termasuk orang-orang yang ‘tua’ di antara teman-teman seangkatan saya.
Ulang tanggal dan bulan di tahun ini ---- super impressive!
I’m so thankful…!
Ini serius, saya nggak nyangka
dapet kejutan dari anak-anak kelas. Thank you SELATAN (read : sebutan untuk
kelas saya). Ternyata, kemarin itu--- penuh dengan scenario. Jadi, begini
ceritanya…
Pagi hari, matahari bersinar tanpa malu-malu. Udara pagi hari membuat saya
bangkit dari kasur dan... ah, kelamaan kalau mulainya dari sini. Yang jelas,
hari Sabtu kemarin itu sama saja dengan hari-hari Sabtu lainnya. Saya berangkat
ke sekolah dan turut berpartisipasi dalam setiap pelajaran baik yang asyik
maupun yang... ehm, nggak usah diperjelas mungkin ya.
Sepulang sekolah, seperti biasanya, July ( salah satu teman sekelas saya
yang sangat baik hatinya) menawarkan saya untuk pulang bareng dia. But,
something happen! Salah satu barang Juli (formulir Universitas) hilang dan saya
turut mengitari kelas membantu Juli yang kebingungan. Anehnya, anak-anak kelas
yang biasanya sepulang sekolah masih betah di kelas, nggak kelihatan --- entah
ke mana.
Beberapa waktu kemudian...
Formulirnya Juli ketemu ’ndlesep’ di buku gambar. Oh God! Finally, kami keluar kelas dan berjala
menuju parkiran. Setelah melewati koridor sekolah dan hampir mencapai parkiran,
hap! Datanglah pasukan pemberani pembawa tali yang tiba-tiba mengerubung saya dan
Juli. Mereka memegangi tangan saya, menali saya dengan tali yang saya rasa itu
adalah tali pramuka yang mereka ambil dari sanggar pramuka, mungkin. Ternyata,
Juli satu komplotan dengan mereka (yaiyalah). Saya sampai nggak sempat ngelihat
siapa saja anggota pasukan anarkis itu karena saya sibuk sendiri berusaha
melepaskan diri. Tapi tetep aja ya, mereka yang menang. -___-
Saya yang udah dikepung dan ditali ini ditarik-tarik persis buronan! Di
bawa kemana saya? Hmmm.... ke belakang kelas saya yang disana (semacam taman
sekolah mungkin ya) terdapat beberapa pohon dan --- apesnya, saya dicencang (read : ditali/ diikat dalam
bahasa Jawa) pada sebuah pohon. Saya pun dibakar! (ya enggak lah ya)
Penderitaan saya nggak berhenti sampai di situ saja. Anak-anak kelas di
depan saya ada yang ketawa-ketawa, ada yang ngelihat doang, yang jelas--- nggak
ada yang bantuin saya untuk meloloskan diri. Beban mentalnya adalah---- waktu
itu kan jam pulang sekolah, otomatis anak-anak sekolah saya juga pada pulang
kan ya, nah! Banyaklah orang berlalu-lalang di sekitar saya dan saya bagaikan
tersangka pelanggaran HAM berat yang sedang dihukum massa yang mengamuk membabi
buta.
Nggak lama, datanglah pasukan kedua pembawa tepung yang dengan lancarnya
menyiramkan tepung-tepung itu. Yang paling parah itu--- yang nyiram tepung dari
depan. Entah siapa---saya nggak sempet merhatiin--- yang jelas itu tepung
nyasar ke mata, hidung dan mulut. Bikin mata pedes, hidung gatel-gatel gimana
gitu ya... dan pengen ngeludah soalnya tepung salah masuk ke mulut.
Secara tidak diduga-duga, dari belakang ada sesuatu pecah di punggung saya
dan terasa dingin. Nyampe juga itu lembek-lembek kuning yang disebut telur ke
tangan saya. Nah, kecampur deh tuh telur sama tepung. Baunya--- emm, kalo tahu
adonan mendoan--- nah itu, persis! Masih, anak-anak terlihat puas memandang
saya.
Setelah itu, datang lah pasukan ketiga. Ya Allah apa lagi ini?? Bukan kok, bukan pasukan anarkis. Mereka adalah pembawa kue ulang tahun dengan
lilin-lilin di atasnya. Aaaa....terharu. I blew the candle, and we enjoy
the cake. Tapi tetep, dalam keadaan
terikat sama pohon. Tega nih pada!
Pas itu roti udah hampir habis, dua orang temen saya bantuin ngelepasin
tali dan menghasut saya untuk ’ngasih
kena’ cream-cream rotinya tadi ke
temen-temen cewek yang udah terlihat menjaga jarak dengan saya yang belepotan. Apes!
Cuma satu-dua yang kena. Itu pun nggak parah. Batal deh pembalasan dendamnya.
Lama-lama, anak-anak mulai nggak kelihatan. Nah, saya semakin mirip orang
gila kan kalo gini. Juli yang bertanggung jawab atas kepulangan saya juga turut
menghilang. Wah, parah. Tapi akhirnya ketemu juga di deket kamar mandi.
Sekalian, saya mencoba membersihkan wajah dan baju saya. Tapi tetep ya, it
doesn’t work. Akhirnya, kenampakan saya cukup bisa diperbaiki dengan tissue pemberian Puput.
Di deket kelas, saya sempet membersihkan diri lagi dengan air kran. Tapi
ya, gitu --- nggak terlalu ngaruh. Akhirnya saya dianter pulang sama Juli yang
mau menanggung beban mental (read: malu) karena musti boncengin orang belepotan
adonan mendonan dengan aroma yang.... emm, jangan ditanya lah ya.
Saya pun sampai di rumah dengan selamat. Tapi---perjuangn rupanya belum
berakhir. Ini justru perjuangan yang paling berat. Yep! Nyuci baju! Gila ya,
seragam yang saya pakai sampai saya rendem 5 kali + rendem pakai air hangat 1
kali + rendam dengan pewangi beberapa jam. Hasilnya? Tuh masih nangkring di
jemuran. Entah, nanti bau amisnya bakalan ilang atau nggak....
Well, despite your brutalism, I
love the surprise, and --- I love you guys mumumuaah :*
Makasih ya anak-anak SELATAN
semuanya dari absen 1 sampai 31. You guys really made my day ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar